Fokus Group Discussion Bersama bersama Prof. Dr. Ing Hendro Wicaksono (Jacobs University Bremen Jerman)
Rabu, 09 Januari 2019 Kegiatan diskusi dimulai tepat jam 13.30 di UN Surabaya. Kegiatan ini menjadi kegiatan pembuka di UN Surabaya sebagai kegiatan Visiting Profesor yang diagendakan tinggal di Indonesia selama 3 Minggu. Prof. Hendro adalah Diaspora di Jerman, ia berkedudukan sebagai Muhtasyar PCI NU Jerman.
Diskusi tersebut dihadiri jajaran pengurus harian LPTNU Wilayah Jawa Timur dan Pengurus Harian ISNU Surabaya. Prof. Hendro, mengawali pembiacaraan dengan memperkenalkan diri. Ia banyak bercerita tetang perkembangan NU di Jerman yang mendapatkan perhatian dari KBRI dan pemerintah setempat.
Jerman sejatinya sedang mencari bentuk Islam yang ramah, NU hadir dijerman dengan menawarkan Islam Nusantara. Ia bercerita bahwa di beberapa Universita dibuka program studi Islamic Studies atau Teologi Islam, Islam dilihat dari kacamata orang Islam bukan orientasli. Langgah ini dilakukan pemerintah Jerman untuk mepersiapkan Imam dan Khotif dari orang Jerman Asli, karena selama ini Imam dan Khotib didatangkan dari Timur Tengah. Terkadang mereka tidak memahami budaya dan gaya hidup anak muda di Jerman.
Ia menjelsakan Islam di Jerman sedang berkembang pesat. Ada banyak kalangan pemuda yang masuk Islam bermula dari maslah pribadi yang mereka hadapi. Tetapi terkadang yang disangkan mereka belajar Islam bukan dari orang yang tepat, sehingga ada dari mereka yang kemudian bergabung dengan ISIS. Disinilah peran NU di Jerman cukup besar untuk menyebarkan Islam Nusantara.
Dr. Nur Kholis menyatakan sejatinya tradisi NU bukan sekedar pada tataran ritual keagamaan, tetapi di NU ada tradisi keilmuan dan tradisi Educatif yang sering tidak dipahami oleh generasi muda. Para kyai sepuh dulu dalam belajar melalng buana dari satu tempat ketempat lain. Sama halnya Prof, Hendro belajar ke jerman itu bagian tradisi NU yang sudah diwariskan para kyai sepuh.
Lebih lanjut ia mengatakan NU identik dengan tradisional lemah keilmunnya. Sebetulnya tidak NU sejak dulu maju. Ia mencontohkan Majah NU tahun 40 s/d 50-an banyak kyai NU yang menulis artikel tentang berbagai persoalan yang ada di luar negeri misal isu palestina dan persoalan lainnya. Artinya dalam tradisi menulis kyai-kyai NU tidak mau kalah dengan orang Barat.
FGD suasana yang gayeng ala NU kegiatan tadi Alhamdulillah cukup produktif dan menyenangkan. Ada kata kunci sinergisitas yaitu “NU Connection”, dengan hal itu ada kolaborasi antar PTNU dan entitas SDM NU, baik yang di dalam negeri maupun yangg diaspora. dengan NU conection akan menjadi Indonesia conection.
Ketua ISNU surabaya menjelaskan bahwa NU memiliki potensi luar biasa Karena SDM NU sekarang memiliki orang menguasa bidang-bidang tertentu. NU tidak identik dengan ahli agama semata tetapi dari kalangan NU ada Ahli nano, ahli kimia, ahli botani, ahli informatika dan banyak keahlian yang lain. Kita perlu memilah dan memetakan semua potensi yang ada di NU untuk membangun sinergi dimasa yang akan dating. Prof. Hendro menegaskan perlu ada Riset Center yang dapat menaungi semua potensi yang dipiliki oleh NU. Dengan adanya lembaga ini lembaga riset NU dapat menjali jeraing tingkat nasional dan Internasional. (A. Jauhar Fuad Tribakti Kediri)